Standard Chartered Korea Selatan akan 'memangkas' jumlah
karyawannya hingga 13%. Para petinggi yakin langkah ini adalah yang
terbaik untuk menghemat anggaran perusahaan.
Para pesaing StanChart menilai, bentrok dengan serikat pekerja merupakan tes kasus reformasi kebijakan yang berpotensi menyebar luas ke seluruh sistem perbankan di Korea Selatan.
Stanchart mencoba memperbaiki kinerja di Korea Selatan dengan memperkenalkan sistim kerja baru yaitu penyesuaian gaji dengan performa. Namun ternyata kondisi tersebut malah memicu pemogokan kerja selama dua bulan di musim panas. Pasalnya, selama ini penggajian karyawan bank masih tradisional yaitu berdasarkan senioritas dan lamanya dedikasi.
Usai aksi mogok kerja tersebut, lembaga pemberi pinjaman yang berbasis di London ini tetap bertahan pada keputusannya untuk menerapkan kebijakan sistem penggajian yang baru. Namun juga menawarkan paket pensiun sukarela premium untuk para pekerja yang telah berumur di atas 35 tahun dan berdedikasi lebih dari 10 tahun di bank tersebut.
Kepala Eksekutif Standard Chartered Seoul Richard Hill mengatakan kepada Financial Times seperti dikutip dari CNBC.com, Senin (19/12), bahwa kesepakatan tersebut merupakan cara untuk mengeluarkan karyawan yang tidak sejalan dengan rencana masa depan jangka panjang bank. Lebih dari 800 pekerja telah mengajukan diri atas program tersebut dan ditargetkan mendapat persetujuan dari petinggi pada 30 Desember mendatang.
Tawaran itu bertujuan untuk 'menghapus' pihak-pihak yang paling menentang reformasi tenaga kerja. Target bukan hanya dibidik pada usia tua yang mendekati masa pensiun, namun juga bagi usia muda yang merasa tidak percaya diri untuk menjalani kebijakan tersebut.
StanChart tidak mengungkapkan berapa total anggaran untuk paket pensiun dini ini, selain mengungkapkan hal tersebut adalah bentuk 'kedarmawanan' perusahaan. Dalam paket pensiun sukarela StanChart, pekerja akan menerima hingga 34 bulan tunjangan, uang tunai untuk memulai bisnis baru serta 56 juta won atau setara dengan US$48 ribu untuk biaya pendidikan anak.
Hill mengatakan, program ini harus bisa membantu mengakhiri sistem penggajian yang lama pada akhir 2011 dan segera beralih ke sistem yang baru pada 2012.
Konflik antara Stanchart dengan serikat pekerja sudah terjadi sejak StanChart mengakuisisi Bank Korea sebesar $3,3 miliar pada 2005, salah satu investasi terbesar asing langsung di negara ekonomi terbesar keempat Asia.
Untuk memperlihatkan kekuatannya kepada serikat pekerja sekaligus simbol reformasi atas sistem kinerja perseroan, tahun depan StanChart akan menurunkan nama SC First Bank, nama induk sebelumnya, dan akan mulai beroperasi dengan menggunakan nama Standard Chartered Bank Korea. Pada tahun lalu, unit Korea StanChart menyumbang laba bank sebelum pajak sebesar $6,1 miliar.
Serikat pekerja Stanchart, yang tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar, telah menuduh perseroan akan ketidakpekaan budaya lokal dan dinilai sebagai kolonial atas reformasi tersebut.
Para pesaing StanChart menilai, bentrok dengan serikat pekerja merupakan tes kasus reformasi kebijakan yang berpotensi menyebar luas ke seluruh sistem perbankan di Korea Selatan.
Stanchart mencoba memperbaiki kinerja di Korea Selatan dengan memperkenalkan sistim kerja baru yaitu penyesuaian gaji dengan performa. Namun ternyata kondisi tersebut malah memicu pemogokan kerja selama dua bulan di musim panas. Pasalnya, selama ini penggajian karyawan bank masih tradisional yaitu berdasarkan senioritas dan lamanya dedikasi.
Usai aksi mogok kerja tersebut, lembaga pemberi pinjaman yang berbasis di London ini tetap bertahan pada keputusannya untuk menerapkan kebijakan sistem penggajian yang baru. Namun juga menawarkan paket pensiun sukarela premium untuk para pekerja yang telah berumur di atas 35 tahun dan berdedikasi lebih dari 10 tahun di bank tersebut.
Kepala Eksekutif Standard Chartered Seoul Richard Hill mengatakan kepada Financial Times seperti dikutip dari CNBC.com, Senin (19/12), bahwa kesepakatan tersebut merupakan cara untuk mengeluarkan karyawan yang tidak sejalan dengan rencana masa depan jangka panjang bank. Lebih dari 800 pekerja telah mengajukan diri atas program tersebut dan ditargetkan mendapat persetujuan dari petinggi pada 30 Desember mendatang.
Tawaran itu bertujuan untuk 'menghapus' pihak-pihak yang paling menentang reformasi tenaga kerja. Target bukan hanya dibidik pada usia tua yang mendekati masa pensiun, namun juga bagi usia muda yang merasa tidak percaya diri untuk menjalani kebijakan tersebut.
StanChart tidak mengungkapkan berapa total anggaran untuk paket pensiun dini ini, selain mengungkapkan hal tersebut adalah bentuk 'kedarmawanan' perusahaan. Dalam paket pensiun sukarela StanChart, pekerja akan menerima hingga 34 bulan tunjangan, uang tunai untuk memulai bisnis baru serta 56 juta won atau setara dengan US$48 ribu untuk biaya pendidikan anak.
Hill mengatakan, program ini harus bisa membantu mengakhiri sistem penggajian yang lama pada akhir 2011 dan segera beralih ke sistem yang baru pada 2012.
Konflik antara Stanchart dengan serikat pekerja sudah terjadi sejak StanChart mengakuisisi Bank Korea sebesar $3,3 miliar pada 2005, salah satu investasi terbesar asing langsung di negara ekonomi terbesar keempat Asia.
Untuk memperlihatkan kekuatannya kepada serikat pekerja sekaligus simbol reformasi atas sistem kinerja perseroan, tahun depan StanChart akan menurunkan nama SC First Bank, nama induk sebelumnya, dan akan mulai beroperasi dengan menggunakan nama Standard Chartered Bank Korea. Pada tahun lalu, unit Korea StanChart menyumbang laba bank sebelum pajak sebesar $6,1 miliar.
Serikat pekerja Stanchart, yang tidak bisa segera dihubungi untuk dimintai komentar, telah menuduh perseroan akan ketidakpekaan budaya lokal dan dinilai sebagai kolonial atas reformasi tersebut.
sumber : http://pasarmodal.inilah.com/read/detail/1809388/standard-chartered-korsel-pangkas-800-karyawan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar