SUKSESKAN RAPAT KERJA NASIONAL FEDERASI SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA, DAN ASURANSI, 19-20 NOPEMBER 2011

Kamis, 22 September 2011

Antre dan Menunggu Jawaban Call Center Buruk Bagi Kesehatan

Manusia saat ini hidup dalam zaman dimana waktu adalah sesuatu yang sangat berharga. Tak heran menunggu dalam antrean yang lama atau menanti jawaban dari call center bisa membuatnya stres yang memicu gangguan kesehatan.
Menunggu bukan hanya pekerjaan yang membosankan, tapi juga tidak menyehatkan. Ketika sedang menunggu, gejala-gejala seperti detak jantung yang berdegup kencang dapat berkembang menjadi gejala kecemasan kronis dan menyebabkan tekanan darah tinggi.

Bahkan, menunggu jawaban operator telepon call center lebih dari 5 menit 58 detik saja bisa berakibat buruk bagi kesehatan.

Peneliti menemukan tingkat stres dan tekanan darah penelepon meningkat sangat tinggi karena frustrasi terlalu lama menunggu. Peneliti menemukan bahwa lebih dari setengah orang Inggris menjadi kesal ketika menunggu jawaban operator call center dalam satu bulan terakhir.

Survei yang dilakukan SIM-only Mobile Network Giffgaff mencatat lamanya waktu menunggu sebelum seseorang menunjukkan tanda-tanda stres bervariasi, namun rata-rata berkisar 7 menit 18 detik.

Konsumen bisa bertahan hingga 5 menit 58 detik untuk menunggu jawaban call center, 6 menit 32 detik di kasir supermarket dan 10 menit 57 detik untuk transportasi umum. Toleransi lama menunggu meningkat menjadi 13 menit ketika mengantri di restoran.

Jajak pendapat itu dilakukan pada pada 2.054 orang dewasa ini yang menunjukkan bahwa 64 persen responden mengatakan bahwa komplain atau keluhannya justru meningkat setelah mendengar nada musik yang nampaknya diputar untuk menenangkan penelepon. Musik yang diikuti lagu-lagu klasik dan suara-suara alam ini justru dianggap mengganggu.

Sebanyak 19 persen di antara responden kemudian merasa marah dan 16 persen lainnya merasa tidak dihargai. Empat dari lima orang penelpon menjadi begitu frustrasi sehingga menutup teleponnya.

Pakar stres Dr Roger Henderson mengatakan bahwa gejala-gejala stres yang disebabkan karena menunggu antrean termasuk detak jantung berdegup kencang, telapak tangan berkeringat dan sakit kepala.

Kondisi tersebut dapat berkembang menjadi lebih serius menjadi kecemasan kronis, gangguan lambung dan usus, atau bahkan merusak hubungan dengan orang lain.

"Kita hidup dalam zaman di mana waktu adalah komoditas yang paling berharga dari semua. Penelitian ini menemukan meningkatnya keengganan orang untuk menunggu dalam antrean," kata Dr Henderson seperti dikutip dari Dailymail, Jumat (23/9/2011).

Ia menyebut fenomena ini dengan 'keserakahan kecepatan', yang mencerminkan permintaan terhadap kepuasan instan dan akses terhadap informasi dan layanan.

"Ini merupakan sifat manusia yang jarang puas dengan apa yang dimiliki dalam hidup. Jika tidak mendapatkan layanan dengan cepat, tingkat stres ikut meningkat cepat," ujar Dr Henderson.

Tidak hanya buruk bagi kesehatan pelanggan, membuat konsumen menunggu terlalu lama juga berakibat terhadap reputasi perusahaan juga. Hampir 70 persen responden mengatakan bahwa kesan mereka terhadap perusahaan yang membuat konsumen menunggu lama dianggap perusahaan yang rusak secara permanen.

Separuh responden kemudian menyarankan keluarga dan teman-temannya untuk tidak menggunakan perusahaan atau layanan tersebut. Seperempat diantaranya bahkan memutusakan untuk tidak menggunakan lagi jasa atau layanan perusahaan tersebut. Jajak pendapat ini diselenggarakan oleh SIM-only Mobile Network Giffgaff.

"Enam menit menunggu jawaban call center sudah cukup untuk membuat darah siapapun mendidih, terutama jika tidak mendapatkan jawaban yang menyenangkan," kata Robbie Hearn dari Giffgaff. Pada tahun 2011, staf call center Giffgaff kewalahan dengan jumlah telepon yang masuk.

(ir/ir)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar