Situbondo -
Sekitar 1.000-an pekerja kebun tebu melakukan unjuk rasa di
Situbondo. Mereka adalah Serikat Pekerja Kebun (SPBun), yang selama ini
menggantungkan nasibnya ke sejumlah Perusahaan gula (PG) di Situbondo.
Aksi itu menuntut agar pemerintah mau memikirkan masalah kurangnya pasokan ke PG, yang berimbas kepada pengurangan pekerja. Pendemo menuding jika banyaknya petani yang mengirimkan tebu ke luar daerah, adalah pemicu pengurangan pekerja kebun ini.
"Kami meminta perlindungan Pemerintah, pikirkan nasib kami, buat perda tentang tebu," teriak orator aksi, Jumat (21/10/2011).
Tidak hanya SPBun, Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Situbondo juga turut dalam beraksi. Tuntutannya juga sama, melarang petani mengirimkan tebu ke luar daerah Situbondo.
Hampir 1.000-an pendemo ini menggelar aksi dengan menaiki puluhan truk. Unjuk rasa diawali dengan menduduki jalan di depan Pemkab Situbondo. Banyaknya truk yang parkir di Jalan PB Sudirman menyebabkan arus lalin pantura terganggu lantaran banyaknya truk yang berhenti di badan jalan.
Beruntung aksi di depan kantor Pemkab hanya berlangsung sebentar. Pengunjuk rasa kemudian melanjutkan aksinya dengan menduduki kantor DPRD Situbondo, di Jalan Anggrek. Di gedung wakil rakyat itu, mereka tidak hanya berorasi, melainkan turun dari atas truk dan berkumpul di depan pagar halaman gedung.
Selang beberapa menit Bupati Situbondo, Dadang Wigiharto, menemui pengunjuk rasa dan berpidato. Dalam pidatonya dirinya berjanji mencarikan solusi masalah tersebut. Dadang meminta perwakilan masuk ke gedung DPRD dan melakukan pembahasan bersama.
Sementara itu, H Samsul, anggota APTR Asembagus, menegaskan jika dirinya atas nama petani tebu, keberatan dengan banyaknya petani yang mengirim tebu ke daerah lain. Ironisnya lagi, tidak hanya tebu yang dikirim ke luar daerah, pekerja tebang tebu juga banyak didtangkan dari luar daerah.
"Ini kan sangat mengganggu penghidupan pekerja kebun tebu, yang selama ini menggantung hidupnya menjadi penebang tebu, tolong pikirkan mereka," tukasnya.
Hal senada diutarakan Jamam, Ketua SPbun Situbondo, dirinya berangapan jika hal it uterus dibiarkan, maka akan berimbas kepada Bangkrutnya sejumlah PG di Situbondo.
"Terus pekerja mau diganti dengan pekerjaan apa, ingat ada ribuan pekerja yang megantungkan hidup ke tebu ini," ujarnya dengan nada tinggi.
Berbeda dengan yang diutarakan ketua komisi I DPRD. Menurutnya, tidak harus petani dan pekerja yang menjadi korban, melainkan perubahan di tubuh PG sendiri yang harus dibenahi. Politisi asal PKB itu menuding, jika PG kerap kali bermain api dengan petani.
Syaiful merinci jika petani memiliki alasan jelas kenapa kemudian tebunya dijual ke luar daerah.
"Ya karena di PG luar daerah berani mengambil tebu petani dengan harga mahal, mari kita berpikir untuk kepentingan bersama, jangan membawa kepentinghan pekerja yang justru pihak PG sendiri dengan leluasa bisa membohongi petani tebu dan pekerja," pungkasnya.
Dirinya berjanji akan memanggil petani yang disebut menjual tebu ke luar daerah, serta memanggil sejumlah PG. (fat/fat)
Aksi itu menuntut agar pemerintah mau memikirkan masalah kurangnya pasokan ke PG, yang berimbas kepada pengurangan pekerja. Pendemo menuding jika banyaknya petani yang mengirimkan tebu ke luar daerah, adalah pemicu pengurangan pekerja kebun ini.
"Kami meminta perlindungan Pemerintah, pikirkan nasib kami, buat perda tentang tebu," teriak orator aksi, Jumat (21/10/2011).
Tidak hanya SPBun, Asosiasi Petani Tebu Rakyat (APTR) Situbondo juga turut dalam beraksi. Tuntutannya juga sama, melarang petani mengirimkan tebu ke luar daerah Situbondo.
Hampir 1.000-an pendemo ini menggelar aksi dengan menaiki puluhan truk. Unjuk rasa diawali dengan menduduki jalan di depan Pemkab Situbondo. Banyaknya truk yang parkir di Jalan PB Sudirman menyebabkan arus lalin pantura terganggu lantaran banyaknya truk yang berhenti di badan jalan.
Beruntung aksi di depan kantor Pemkab hanya berlangsung sebentar. Pengunjuk rasa kemudian melanjutkan aksinya dengan menduduki kantor DPRD Situbondo, di Jalan Anggrek. Di gedung wakil rakyat itu, mereka tidak hanya berorasi, melainkan turun dari atas truk dan berkumpul di depan pagar halaman gedung.
Selang beberapa menit Bupati Situbondo, Dadang Wigiharto, menemui pengunjuk rasa dan berpidato. Dalam pidatonya dirinya berjanji mencarikan solusi masalah tersebut. Dadang meminta perwakilan masuk ke gedung DPRD dan melakukan pembahasan bersama.
Sementara itu, H Samsul, anggota APTR Asembagus, menegaskan jika dirinya atas nama petani tebu, keberatan dengan banyaknya petani yang mengirim tebu ke daerah lain. Ironisnya lagi, tidak hanya tebu yang dikirim ke luar daerah, pekerja tebang tebu juga banyak didtangkan dari luar daerah.
"Ini kan sangat mengganggu penghidupan pekerja kebun tebu, yang selama ini menggantung hidupnya menjadi penebang tebu, tolong pikirkan mereka," tukasnya.
Hal senada diutarakan Jamam, Ketua SPbun Situbondo, dirinya berangapan jika hal it uterus dibiarkan, maka akan berimbas kepada Bangkrutnya sejumlah PG di Situbondo.
"Terus pekerja mau diganti dengan pekerjaan apa, ingat ada ribuan pekerja yang megantungkan hidup ke tebu ini," ujarnya dengan nada tinggi.
Berbeda dengan yang diutarakan ketua komisi I DPRD. Menurutnya, tidak harus petani dan pekerja yang menjadi korban, melainkan perubahan di tubuh PG sendiri yang harus dibenahi. Politisi asal PKB itu menuding, jika PG kerap kali bermain api dengan petani.
Syaiful merinci jika petani memiliki alasan jelas kenapa kemudian tebunya dijual ke luar daerah.
"Ya karena di PG luar daerah berani mengambil tebu petani dengan harga mahal, mari kita berpikir untuk kepentingan bersama, jangan membawa kepentinghan pekerja yang justru pihak PG sendiri dengan leluasa bisa membohongi petani tebu dan pekerja," pungkasnya.
Dirinya berjanji akan memanggil petani yang disebut menjual tebu ke luar daerah, serta memanggil sejumlah PG. (fat/fat)
sumber : http://www.blogger.com/blogger.g?blogID=3059574864807518719#editor/target=post;postID=8494781902498290688
Tidak ada komentar:
Posting Komentar