SUKSESKAN RAPAT KERJA NASIONAL FEDERASI SERIKAT PEKERJA NIAGA, BANK, JASA, DAN ASURANSI, 19-20 NOPEMBER 2011

Rabu, 19 Oktober 2011

Si Bos Galak? Jangan Buru-buru Kabur

HIDUP itu pilihan. Tapi ada hal yang enggak bisa dipilih. Kita enggak bisa memilih siapa orangtua kita, jenis kelamin kita, dan kapan kita dilahirkan. Begitu pula dalam hal pekerjaan. Banyak pilihan pekerjaan, tapi kita enggak bisa memilih, siapa atasan kita.

Bersyukurlah yang mendapat atasan baik, pengertian, perhatian, apalagi humoris. Bagaimana kalau dapat atasan yang galak, banyak menuntut, dan dingin? Banyak orang berpikir, berhenti kerja dan cari pekerjaan lain bisa jadi solusi. Tapi enggak ada yang bisa menjamin di kantor baru nanti, atasan Anda baik hati seperti yang diinginkan.

Pusing menghadapi omelan atasan? Ikuti tip dan trik berikut:

Kenali tipe atasan
Pastikan Anda tak bingung membedakan antara atasan yang “penuntut” dan “galak”. Di luar sana, banyak sekali tipe atasan yang banyak menuntut agar pekerjanya bekerja sesuai standarnya. Kebanyakan, standar kerja para atasan tipe penuntut itu tinggi dan sering bikin orang stres.

Jika Anda tak bisa memenuhi tuntutannya, tentulah Anda jadi incaran omelan atasan. Atasan jahat beda lagi. Ia marah bukan lantaran pekerjanya tak memenuhi standar kerja, tapi karena hal-hal sepele yang sering kali tak berkaitan dengan pekerjaan.

Nah, tipe atasan yang galak sangat sulit dihadapi, terutama karena kita tak bisa memprediksi, masalah apa yang akan menyulut amarahnya. Beda dengan atasan penuntut. Asalkan Anda mengenali sifat, pemikiran, dan prinsipnya, lalu memenuhi standar kerjanya, kemungkinan besar akan mengurangi omelan yang Anda terima.

Jangan mudah tersinggung
Jika atasan memang tipe yang galak dan pemarah, berarti marah sudah menjadi bagian rutinitasnya. Dimarahi menjadi rutinitas Anda. Hmm, ambil simpelnya saja. Kalau suatu hal sudah menjadi rutinitas, pasti lebih gampang menghadapinya, kan? Jika Anda kena marah, tak usah terlalu dimasukkan dalam hati apalagi tersinggung.
Jangan sampai Anda menyerang balik atasan, karena akibatnya buruk untuk citra dan track record karier Anda. Anggap saja amarah si bos sebagai angin lalu, karena biasanya orang yang gampang marah, gampang pula lupanya.
Perhatikan kebiasaan si atasan
Tak kenal maka tak sayang. Coba kenali atasan Anda lebih dalam. Mungkin setelah mengenalnya lebih dalam, Anda akan memahami sifatnya, apa yang membuatnya marah, dan hal apa saja yang bisa meredam amarahnya, bahkan membuatnya tertawa.

Perhatikan tindak-tanduk atasan Anda. Cari tahu kebiasaan dan kegemarannya. Misalnya ia seorang penggila kopi, coba luluhkan hatinya dengan menghadiahkan kopi kegemarannya. Siapa tahu hatinya luluh.

Kompak dengan rekan kerja
Boleh saja atasan galak. Tapi teman-teman kerja Anda enggak, kan? Kemungkinan besar rekan-rekan kerja Anda pasti juga menjadi korban “kegalakan” atasan.

Nah, persamaan nasib biasanya membuat Anda dan rekan-rekan kerja lebih kompak dan sehati, karena sering saling curhat setelah dimarahi atasan. Buatlah tim kerja Anda sekompak dan semenyenangkan mungkin.

Biasanya kebersamaan itu yang menjadi obat dan penyemangat kala atasan mulai melancarkan amarahnya. Asal jangan kompakan membuat tulisan “Awas bos galak” saja, ya!
(riz/gur)

sumber : www.tabloidbintang.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar