HIDUP itu pilihan. Tapi ada hal yang enggak bisa dipilih. Kita enggak
bisa memilih siapa orangtua kita, jenis kelamin kita, dan kapan kita
dilahirkan. Begitu pula dalam hal pekerjaan. Banyak pilihan pekerjaan,
tapi kita enggak bisa memilih, siapa atasan kita.
Bersyukurlah yang mendapat atasan baik, pengertian, perhatian, apalagi
humoris. Bagaimana kalau dapat atasan yang galak, banyak menuntut, dan
dingin? Banyak orang berpikir, berhenti kerja dan cari pekerjaan lain
bisa jadi solusi. Tapi enggak ada yang bisa menjamin di kantor baru
nanti, atasan Anda baik hati seperti yang diinginkan.
Pusing menghadapi omelan atasan? Ikuti tip dan trik berikut:
Kenali tipe atasan
Pastikan Anda tak bingung membedakan antara atasan yang “penuntut”
dan “galak”. Di luar sana, banyak sekali tipe atasan yang banyak
menuntut agar pekerjanya bekerja sesuai standarnya. Kebanyakan, standar
kerja para atasan tipe penuntut itu tinggi dan sering bikin orang stres.
Jika Anda tak bisa memenuhi tuntutannya, tentulah Anda jadi incaran
omelan atasan. Atasan jahat beda lagi. Ia marah bukan lantaran
pekerjanya tak memenuhi standar kerja, tapi karena hal-hal sepele yang
sering kali tak berkaitan dengan pekerjaan.
Nah, tipe atasan yang galak sangat sulit dihadapi, terutama karena
kita tak bisa memprediksi, masalah apa yang akan menyulut amarahnya.
Beda dengan atasan penuntut. Asalkan Anda mengenali sifat, pemikiran,
dan prinsipnya, lalu memenuhi standar kerjanya, kemungkinan besar akan
mengurangi omelan yang Anda terima.
Jangan mudah tersinggung
Jika atasan memang tipe yang galak dan pemarah, berarti marah sudah
menjadi bagian rutinitasnya. Dimarahi menjadi rutinitas Anda. Hmm, ambil
simpelnya saja. Kalau suatu hal sudah menjadi rutinitas, pasti lebih
gampang menghadapinya, kan? Jika Anda kena marah, tak usah terlalu
dimasukkan dalam hati apalagi tersinggung.
Jangan sampai Anda menyerang balik atasan, karena akibatnya buruk
untuk citra dan track record karier Anda. Anggap saja amarah si bos
sebagai angin lalu, karena biasanya orang yang gampang marah, gampang
pula lupanya.
Perhatikan kebiasaan si atasan
Tak kenal maka tak sayang. Coba kenali atasan Anda lebih dalam.
Mungkin setelah mengenalnya lebih dalam, Anda akan memahami sifatnya,
apa yang membuatnya marah, dan hal apa saja yang bisa meredam amarahnya,
bahkan membuatnya tertawa.
Perhatikan tindak-tanduk atasan Anda. Cari tahu kebiasaan dan
kegemarannya. Misalnya ia seorang penggila kopi, coba luluhkan hatinya
dengan menghadiahkan kopi kegemarannya. Siapa tahu hatinya luluh.
Kompak dengan rekan kerja
Boleh saja atasan galak. Tapi teman-teman kerja Anda enggak, kan?
Kemungkinan besar rekan-rekan kerja Anda pasti juga menjadi korban
“kegalakan” atasan.
Nah, persamaan nasib biasanya membuat Anda dan rekan-rekan kerja
lebih kompak dan sehati, karena sering saling curhat setelah dimarahi
atasan. Buatlah tim kerja Anda sekompak dan semenyenangkan mungkin.
Biasanya kebersamaan itu yang menjadi obat dan penyemangat kala
atasan mulai melancarkan amarahnya. Asal jangan kompakan membuat tulisan
“Awas bos galak” saja, ya!
(riz/gur)
sumber : www.tabloidbintang.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar